Kalau ngomongin soal Minimalist Diary, jujur aja saya dulu agak skeptis. Saya pikir minimalis itu cuma soal gaya hidup yang nyiksa, kayak harus ngurang-ngurangin lifestyle barang sampai cuma punya beberapa baju, dan hidup jadi monoton. Tapi lama-lama, setelah ngalamin fase berantakan yang cukup bikin kepala wikipedia mumet, saya mulai mencoba konsep minimalis ini. Dan, percaya deh, bukan cuma lemari yang berkurang isinya, tapi cara mikir saya juga ikut berubah. Nah, di sini saya mau cerita gimana perjalanan saya menjalani minimalist diary dari urusan lemari sampai mindset, biar kamu juga bisa belajar dari pengalaman saya.
Dari Lemari yang Penuh Sesak ke Ruang yang Lebih Lega
Awalnya, saya nggak sadar kalau lemari saya itu sebenarnya udah kayak gudang kecil. Baju-baju numpuk nggak jelas, banyak yang bahkan belum pernah dipakai atau udah nggak muat. Pernah suatu waktu, saya nyari kemeja buat acara penting, eh malah bingung sendiri karena tumpukan baju kayak puzzle nggak beraturan.
Lalu saya mulai baca tentang minimalis, dan nyoba deh praktik langsung. Pertama-tama, saya sortir baju berdasarkan tiga kategori: sering dipakai, kadang-kadang, dan nggak pernah dipakai sama sekali. Nah, di sini saya ngelakuin kesalahan fatal: saya masih nyimpen baju yang “kadang-kadang” dipakai karena mikirnya “nanti bisa dipake kalau ada acara”. Eh, lama-lama lemari tetap penuh.
Pelajaran pertama yang saya dapet: jangan takut buat melepaskan barang yang nggak benar-benar kita butuhin. Bukan cuma buat ngurangin barang, tapi juga biar kita bisa fokus sama hal-hal penting. Akhirnya saya buang dan donasiin baju yang nggak kepake itu. Hasilnya? Ruang lemari jadi lega, gampang nyari baju, dan mood juga lebih cerah.
Kalau kamu mau coba, saran saya: jangan langsung buru-buru beresin semuanya sekaligus. Mulai dari satu laci, satu rak, atau satu jenis barang dulu. Perlahan tapi pasti, kamu bakal lihat perubahan yang bikin betah.
Minimalis Bukan Sekadar Kurangi Barang, Tapi Gaya Hidup
Setelah ngerasain efek dari beresin lemari, saya mulai mikir, “Eh, kalau ini bisa bikin hidup lebih ringan, kenapa nggak coba minimalis di hal lain juga ya?” Nah, ini dia yang seru: minimalist diary saya nggak cuma soal barang, tapi juga cara mikir.
Dulu, saya sering banget ngerasa overwhelmed sama jadwal, pekerjaan, dan social media yang bikin kepala pusing. Karena itulah, saya mulai latihan mindful minimalism — yaitu meminimalisir distraksi dan hal-hal yang nggak penting di hidup. Misalnya, saya belajar buat bilang tidak ke undangan yang bikin capek tapi nggak bikin bahagia, atau mengurangi scroll medsos yang cuma buang waktu.
Ternyata, mindset minimalis ini bikin saya jadi lebih fokus. Saya bisa ngejalanin tugas dengan lebih tenang, punya waktu buat diri sendiri, dan lebih bisa nikmatin hal-hal kecil yang dulu sering saya lewatkan, seperti pagi santai sambil ngopi atau baca buku favorit.
Cara Mikir Minimalis: Dari “Harus Semua” Jadi “Cukup yang Penting”
Satu hal yang sering saya pelajari dari minimalis adalah soal prioritas. Awalnya saya mikir kalau minimalis berarti harus punya sedikit barang, sedikit kesibukan, dan kehidupan yang super simpel. Tapi itu nggak selalu benar.
Minimalis lebih ke kualitas daripada kuantitas. Jadi, daripada nyimpen ratusan baju yang jarang dipake, lebih baik punya beberapa yang nyaman dan sering dipakai. Daripada nyoba ikut semua tren dan kegiatan, mending fokus ke yang benar-benar bikin kamu berkembang dan bahagia.
Mindset ini membantu saya ngurangin stres yang dulu sering datang. Contohnya, waktu saya dulu sering banget merasa guilty kalau nggak ikut hangout teman atau nonton acara yang lagi viral. Tapi sekarang, saya belajar buat nyaman bilang “enggak, makasih” tanpa rasa takut dianggap aneh.
Kalau kamu juga pernah ngerasa kayak gini, coba deh mulai praktik buat memilah mana yang benar-benar penting buat kamu, dan mana yang cuma bikin kamu capek secara mental.
Minimalis Itu Perjalanan, Bukan Tujuan Akhir
Nah, saya juga sempet frustasi lho selama proses ini. Pernah suatu waktu, saya pengen banget jadi minimalis tapi keingetan masa lalu yang penuh dengan barang dan kebiasaan lama bikin saya stuck. Bahkan sempat mikir, “Ah, susah banget ya hidup minimalis ini.”
Tapi yang saya pelajari adalah, minimalis itu bukan sesuatu yang harus sempurna langsung dari awal. Ini perjalanan. Kadang mundur satu langkah, kadang maju dua langkah. Yang penting konsisten dan sadar sama perubahan kecil yang kita lakukan.
Kalau ada hari kamu merasa overwhelmed atau pengen nyerah, inget deh alasan awal kenapa kamu mulai. Misalnya buat saya, supaya hidup lebih ringan, lebih fokus, dan lebih bahagia. Hal-hal kecil kayak ngurangin barang di lemari atau nge-list prioritas kerjaan bisa bikin perbedaan besar.
Tips Praktis Memulai Minimalist Diary Kamu
Dari pengalaman saya, saya punya beberapa tips yang mungkin berguna buat kamu yang pengen mulai gaya hidup minimalis tapi bingung mulai dari mana:
-
Mulai dari satu area kecil
Nggak usah langsung beresin seluruh rumah. Mulai dari satu laci, meja kerja, atau lemari baju aja dulu. -
Terapkan aturan “pakai 1 tahun terakhir”
Kalau barang nggak dipakai lebih dari setahun, pertimbangkan buat disumbangin atau dijual. -
Catat perasaan kamu selama proses
Ini bagian dari minimalist diary. Tuliskan apa yang kamu rasain waktu ngelakuin declutter, biar kamu bisa refleksi dan motivasi diri. -
Kurangi distraksi digital
Minimalis bukan cuma soal barang fisik, tapi juga digital. Coba atur ulang notifikasi HP, hapus aplikasi yang nggak perlu, dan buat waktu khusus untuk offline. -
Jangan terlalu keras sama diri sendiri
Kalau masih ada barang yang kamu sayang, nggak apa-apa. Minimalis itu soal keseimbangan, bukan paksaan.
Kesimpulan: Minimalist Diary Bukan Sekadar Lemari, Tapi Cara Hidup
Dari lemari yang penuh sesak sampai cara mikir yang lebih sederhana, minimalist diary saya udah ngasih pelajaran penting: hidup itu jadi lebih ringan kalau kita sadar mana yang memang penting dan mana yang cuma bikin berat.
Minimalis bukan soal punya sedikit barang atau gaya hidup ekstrem. Tapi soal kesadaran, kesederhanaan, dan fokus ke hal-hal yang bikin hidup lebih bermakna. Kalau kamu lagi bingung mau mulai dari mana, coba deh mulai dari lemari dulu, terus lanjut ke cara mikir dan kebiasaan sehari-hari.
Semoga cerita ini bisa jadi inspirasi buat kamu yang pengen coba minimalis dengan cara yang santai dan nggak bikin stres. Ingat, minimalis itu perjalanan, bukan tujuan akhir. Jadi nikmati prosesnya ya!
Baca Juga Artikel Ini: Cara Pakai Retinol Tanpa Bikin Kulit Iritasi, Tips dari Dermatolog
Anurag Dhole is a seasoned journalist and content writer with a passion for delivering timely, accurate, and engaging stories. With over 8 years of experience in digital media, she covers a wide range of topics—from breaking news and politics to business insights and cultural trends. Jane's writing style blends clarity with depth, aiming to inform and inspire readers in a fast-paced media landscape. When she’s not chasing stories, she’s likely reading investigative features or exploring local cafés for her next writing spot.