Aku masih inget banget pertama kali lihat ikan mas koki itu pas main ke rumah saudara di Bekasi. Dia punya akuarium gede banget, dan di dalamnya berenanglah beberapa ikan gemuk, lucu, warnanya oranye kemerahan dengan ekor panjang mengembang kayak gaun pengantin.
“Apa ini? Kenapa lucu banget?” pikirku waktu itu.
Lalu dia bilang, “Itu Animals ikan mas koki, Mas. Lucu ya? Tapi gampang rewel loh!”
Dari situ aku mulai tertarik. Aku nggak langsung beli, sih. Masih ragu. Tapi lama-lama, makin sering lihat video di YouTube, makin nggak tahan juga. Jadi akhirnya aku beli sepasang, dan di situlah kisah cinta (dan kadang frustasi) ku sama ikan mas koki dimulai.
Habitat Alami Ikan Mas Koki: Bukan dari Cina Aja!
Kalau kamu kira ikan mas koki itu cuma bisa hidup di akuarium kecil dengan air bening dan batu kerikil warna-warni… well, itu salah kaprah. Asal-muasal ikan ini tuh dari perairan tawar di Tiongkok ribuan tahun yang lalu. Mereka berasal dari spesies ikan mas liar yang hidup di kolam, danau dangkal, bahkan sungai kecil yang alirannya lambat wikipedia
Habitat aslinya itu cenderung berair tenang, dengan vegetasi alami dan suhu sejuk antara 20–24°C. Makanya penting banget kita bikin suasana di akuarium mirip habitat mereka—minimal pakai filter yang baik, jangan terlalu arus kuat, dan pastikan airnya nggak terlalu panas.
Aku pernah tuh, naro akuarium dekat jendela yang sering kena matahari. Suhu naik, ikan kokiku stres, dan satu-satu mulai berenang miring. Itu pengalaman pahit yang bikin aku sadar: mereka bukan mainan, mereka makhluk hidup yang butuh kenyamanan.
Kenapa Sih Ikan Mas Koki Populer Banget?
Gini ya… dari segi penampilan aja udah juara. Mereka punya warna cerah, gerakannya lembut, dan kadang kayak ngelihatin kita balik. Anak-anak suka, orang dewasa apalagi. Tapi popularitas ikan mas koki itu bukan cuma soal tampang.
Alasan kenapa ikan mas koki jadi favorit:
-
Bentuk tubuh unik: dari yang matanya belo (telescope eye), sampai yang buntutnya kayak kipas mewah.
-
Simbol hoki & keberuntungan di budaya Asia, khususnya Tiongkok dan Jepang.
-
Gampang dicari & murah, tapi tetap punya banyak variasi mahal juga buat kolektor.
-
Interaktif, ya sejenis bisa “kenal” sama pemiliknya, loh. Pas kita datang, dia mendekat.
Aku pribadi juga jatuh cinta karena mereka ini kayak punya karakter. Ada yang kalem, ada yang galak rebutan makan, bahkan ada yang kayak ngambek kalo aku telat kasih makan.
Tips Merawat Ikan Mas Koki Biar Nggak Cepat Mati
Nah ini bagian penting yang banyak orang salah kaprah. Banyak yang ngira ikan mas koki bisa ditaruh di toples kaca kecil tanpa filter. NO. Itu salah besar dan bikin mereka cepat mati.
Beberapa tips yang aku pelajari dari pengalaman (sering juga karena belajar dari kesalahan ):
1. Ukuran Akuarium Jangan Pelit
Minimal banget 40 liter buat sepasang ikan mas koki. Mereka cepat gede dan buangannya banyak. Ikan ini termasuk “kotoran aktif”, jadi air cepat keruh kalau sempit.
2. Filter Itu WAJIB
Aku awalnya nggak pake filter karena mikir “toh air bisa diganti tiap hari.” Tapi ternyata itu malah bikin ikan stres. Pakai filter internal atau canister filter yang kuat tapi nggak terlalu berisik.
3. Ganti Air Rutin, Tapi Jangan Semua Sekaligus
Idealnya ganti 30% air seminggu sekali. Jangan diganti semua karena bakteri baik bisa mati dan bikin ikan stres.
4. Makan Jangan Kebanyakan
Pernah kasih makan terus karena dia “kayak lapar terus”? Sama. Tapi itu bikin pencernaan mereka bermasalah dan air cepat kotor. Aku sekarang kasih makan 2 kali sehari, secukupnya, dan pilih pakan yang tenggelam.
5. Suhu Stabil
Gunakan heater kalau perlu, apalagi kalau tinggal di daerah yang suhu malamnya bisa dingin banget. Suhu turun mendadak = stres + potensi penyakit.
6. Karantina Ikan Baru
Jangan asal masukin ikan baru ke akuarium utama. Karantina dulu 7–14 hari biar nggak nularin penyakit. Aku pernah cuek, hasilnya? Semua ikan lama kena white spot. Duh, nyesek banget deh.
Pengalaman Merawat Ikan Mas Koki: Suka, Duka, dan Pelajaran Berharga
Sekarang aku udah jalan 2 tahun pelihara ikan mas koki, dan udah beberapa kali gonta-ganti setup. Dulu awalnya cuma pake akuarium kecil 20 liter, nggak pakai filter, dan kasih makan sembarangan. Hasilnya? Dalam 2 minggu, ikan mati semua. Nangis? Iyalah.
Tapi dari situ aku belajar dan mulai serius.
Aku mulai upgrade ke akuarium 80 liter, pake filter tabung, kasih batu lava buat media bakteri, dan bahkan tanam tanaman air low tech kayak anubias dan hornwort. Nggak cuma buat cantik, tapi juga bantu serap nitrat dari kotoran ikan.
Ada satu ikan favoritku, namanya si Gembul. Dia jenis oranda, warnanya putih dengan kepala oranye. Udah kayak maskot keluarga. Setiap aku pulang kerja, dia pasti nyamperin kaca, kayak nyambut. Lucu banget. Tapi aku sempat kehilangan dia gara-gara penyakit dropsy. Badannya ngembang, sisik naik semua, dan akhirnya nggak tertolong walau udah coba obatin.
Sedih sih. Tapi dari situ aku makin rajin jaga kualitas air dan observasi tanda-tanda penyakit sejak dini.
Worth It Nggak Sih Pelihara Ikan Mas Koki?
Kalau ditanya worth it atau nggak, aku akan jawab: 100% worth it.
Ikan mas koki bukan cuma hiasan. Mereka bisa jadi terapi visual, jadi alasan buat bangun pagi lebih semangat (buat kasih makan ), dan jadi pelajaran hidup tentang tanggung jawab dan kesabaran.
Tapi, ya itu. Jangan anggap enteng. Mereka bukan “mainan anak kecil” yang bisa dibiarin di toples. Mereka butuh perhatian, penggantian air rutin, dan kondisi akuarium yang layak. Kalau kamu siap dengan itu, ikan mas koki akan kasih kamu kebahagiaan kecil setiap hari.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Nudibranch: Keindahan Misterius di Dasar Laut yang Bikin Penasaran disini
Anurag Dhole is a seasoned journalist and content writer with a passion for delivering timely, accurate, and engaging stories. With over 8 years of experience in digital media, she covers a wide range of topics—from breaking news and politics to business insights and cultural trends. Jane's writing style blends clarity with depth, aiming to inform and inspire readers in a fast-paced media landscape. When she’s not chasing stories, she’s likely reading investigative features or exploring local cafés for her next writing spot.