Saat Cuaca Tak Lagi Bisa Diprediksi


Iklim Ekstrem, gue inget banget, itu hari Senin biasa di bulan Februari. Pagi-pagi, langit mendung tapi gak ada tanda bakal hujan gede. Gue bawa motor, pake jaket tipis, tanpa jas hujan. Gak sampai 15 menit di jalan, langit langsung gelap. Kayak film apocalypse. Angin kenceng, dan hujan gede banget.

Dalam waktu 30 menit, jalanan udah kayak sungai. Motor gue mogok. Gue terjebak di warung kecil sambil nunggu hujan reda. Tapi… gak reda-reda. Gue baru bisa pulang malam, sepatu basah, badan kedinginan, dan kerjaan hari itu? Kacau semua.

Itu hari di mana gue sadar—cuaca gak bisa ditebak lagi.

Iklim Ekstrem Itu Nyata, Gak Cuma di TV

Dulu gue pikir berita soal badai, kekeringan ekstrem, atau salju mendadak itu cuma di luar negeri. Tapi beberapa tahun belakangan, bahkan di Indonesia, semuanya udah berubah.

  • Hujan datang di bulan yang biasanya kemarau

  • Panas terik sampai 39 derajat di kota kecil

  • Petir yang nyambar tanpa hujan

  • Angin puting beliung yang muncul tiba-tiba

Dan ini bukan kejadian langka lagi. Sekarang udah jadi semacam “normal baru.”

Gue Pernah Kena Heatstroke. Serius.

Mungkin lo pikir gue lebay. Tapi waktu itu gue lagi kerja lapangan di pinggiran Karawang. Cuaca panas banget—matahari nyengat, tanah retak, dan debu beterbangan. Gue pikir, “Gue kuatlah. Cuma panas doang.”

Tapi satu jam kemudian, kepala pusing, badan lemes, dan gue muntah. Akhirnya dibawa ke klinik, dan dokter bilang, “Ini gejala heatstroke ringan. Tubuh kamu dehidrasi parah.”

Dari situ, gue gak pernah lagi remehin suhu 37 derajat.

Kapan Terakhir Kali Kita Punya Musim yang Bisa Diprediksi?

Iklim EkstremIklim Ekstrem

Zaman dulu, orang bisa tebak musim:

Tapi sekarang? Cuaca berubah-ubah tiap minggu. Gue pernah nge-plan acara outdoor bulan Juli (yang notabene kemarau), eh… malah diguyur hujan dua hari berturut-turut. Batal semua.

Efek Iklim Ekstrem ke Kehidupan Nyata (Yang Lo Mungkin Rasain Juga)

1. Tagihan Listrik Naik Gara-Gara AC

Panas gak ketulungan bikin gue (dan semua orang di rumah) nyalain AC hampir 24 jam. Efeknya? Tagihan naik 40%. Belum lagi kerusakan alat elektronik yang cepat panas dan overheat.

2. Tanaman Cepet Mati

Gue suka tanam-tanam sayur. Tapi cuaca aneh bikin tanaman susah tumbuh. Hari ini panas, besok hujan deras. Tomat gue busuk, kangkung layu, dan tanahnya jadi kering keras atau becek banget. Mood tanaman ikut cuaca.

3. Kesehatan Mental Ikut Terganggu

Gue bukan psikolog, tapi cuaca ekstrem itu ganggu banget. Gak bisa keluar rumah, suara angin yang kayak teriakan, dan badai malam bikin susah tidur. Belum lagi kecemasan kalau atap rumah bocor atau listrik padam.

Gue Sempat Marah: Kenapa Gak Ada yang Bertindak?

Waktu rumah orang tua gue di kampung kebanjiran, gue sempat mikir: kok pemerintah diem aja sih? Tapi makin gue cari tahu, makin gue sadar—ini masalah besar yang gak bisa diselesaikan satu orang, satu lembaga, atau satu negara doang.

Perubahan Iklim Ekstrem itu efek domino dari:

  • Polusi pabrik

  • Penggundulan hutan

  • Sampah plastik yang numpuk

  • Transportasi beremisi tinggi

  • Pola konsumsi boros energi

Dan yang bikin sedih? Kita semua (termasuk gue) berkontribusi.

Apa yang Bisa Kita Lakuin, Meski Kecil?

Iklim EkstremIklim Ekstrem

Gue gak mau sok-sokan jadi aktivis. Tapi sebagai orang biasa, ada beberapa hal kecil yang gue ubah setelah ngerasain sendiri dampak iklim ekstrem:

1. Berkendara Lebih Hemat

Gue mulai pakai transportasi umum lagi, minimal seminggu dua kali. Atau nebeng. Bukan soal hemat bensin doang, tapi juga kurangi jejak karbon.

2. Kurangi Sampah Plastik

Gue pakai tas belanja kain, botol minum sendiri, dan bawa wadah kalau jajan. Gak susah, asal dibiasain.

3. Nanem Pohon (Beneran, Bukan Cuma Caption)

Gue dan temen-temen komunitas pernah nanem pohon di pinggir jalan kampung. Dan itu dampaknya kerasa banget—jalan jadi lebih teduh, debu berkurang, dan orang-orang lebih nyaman nongkrong.

Tips Menghadapi Iklim Ekstrem di Kehidupan Sehari-hari

✅ Siapkan Emergency Kit

Isi dengan jas hujan, senter, air minum, power bank, makanan kering, dan salinan dokumen penting.

✅ Cek Prakiraan Cuaca Tiap Pagi

Gue sekarang buka BMKG sebelum berangkat kerja. Kayak ritual pagi yang wajib.

✅ Pasang Ventilasi dan Tanaman Indoor

Biar udara dalam rumah gak pengap. Tanaman juga bantu serap panas dan polusi kecil.

✅ Simpan Dokumen dan Barang Berharga di Tempat Tertutup

Apalagi kalau tinggal di daerah rawan banjir.

Iklim Ekstrem Bukan Hal Aneh Lagi—Itu Kenyataan Baru

Lo mungkin mikir ini sementara. Tapi berdasarkan laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), cuaca ekstrem akan jadi lebih sering dan lebih parah, dikutip dari laman resmi Tempo.

Gue gak mau nunggu sampai rumah roboh kena angin puting beliung baru sadar.

Tapi Gue Juga Belajar: Harapan Itu Masih Ada

Beberapa kota udah mulai bikin sistem peringatan dini. Komunitas-komunitas lingkungan juga makin aktif. Sekolah-sekolah mulai ajarin soal pemanasan global sejak dini.

Dan yang paling bikin optimis? Anak-anak muda sekarang gak cuek. Banyak yang lebih sadar soal gaya hidup berkelanjutan.

Iklim Ekstrem Kita Gak Harus Jadi Pahlawan. Cukup Jadi Warga Bumi yang Lebih Peduli

Iklim ekstrem udah bikin banyak dari kita kehilangan sesuatu. Tapi juga bikin kita sadar bahwa kita gak bisa hidup egois lagi.

Kalau lo pernah ngalamin banjir, longsor, panas ekstrem, atau badai mendadak—gue dengerin lo. Kita semua sama-sama belajar, sama-sama adaptasi, sama-sama berjuang.

Mulai dari langkah kecil. Bukan buat dunia. Tapi buat anak cucu lo nanti.

Baca Juga Artikel dari: Strategi SEO: Pengalaman Pribadi Belajar Naikin Trafik

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Informasi



Source link

Author Profile
Managing Director at  | 09158211119 | [email protected] | Web

Anurag Dhole is a seasoned journalist and content writer with a passion for delivering timely, accurate, and engaging stories. With over 8 years of experience in digital media, she covers a wide range of topics—from breaking news and politics to business insights and cultural trends. Jane's writing style blends clarity with depth, aiming to inform and inspire readers in a fast-paced media landscape. When she’s not chasing stories, she’s likely reading investigative features or exploring local cafés for her next writing spot.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *